Di sudut-sudut Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), selalu ada kisah yang diam-diam menggugah hati. Namun, dari sekian banyak cerita, kisah tentang Ismoyo, seorang petani sederhana dari Desa Bohabak 1, memberikan pelajaran paling bermakna tentang harapan, pengorbanan, dan kepercayaan pada sosok pemimpin. Di tengah hiruk-pikuk Pilkada 2024, Ismoyo mengambil langkah yang mungkin bagi banyak orang tampak biasa. Tetapi tidak bagi mereka yang mengerti arti pengorbanan.
Ismoyo meninggalkan cangkul dan ladangnya, pekerjaan yang menjadi sumber nafkah bagi keluarganya, demi menyambut Sirajudin Lasena dan Moh Aditya Pontoh, atau yang lebih dikenal sebagai SJL-MAP. Bagi Ismoyo, momen ini bukan sekadar bertemu dengan dua tokoh politik, melainkan pertemuan dengan harapan yang dia gantungkan untuk masa depan Bolmut.
“Ketika saya mendengar SJL-MAP akan datang, saya tinggalkan kebun. Saya ingin melihat dan mendengarkan langsung dari mereka,” kata Ismoyo. Suaranya tidak penuh dramatisasi, hanya sederhana namun tegas, mencerminkan keyakinan tulus yang mungkin jarang kita temui di panggung politik. Tindakan ini, bagi Ismoyo, bukan pengorbanan tanpa alasan. Di mata dia dan banyak warga lainnya, Sirajudin Lasena telah menjadi sosok yang menginspirasi. Bukan dengan janji-janji kosong, tapi dengan tindakan nyata.
Sirajudin, ketika menjabat sebagai Penjabat Bupati, telah melakukan sesuatu yang tak terlupakan bagi masyarakat kecil seperti Ismoyo. Pembangunan rumah layak huni bagi warga miskin adalah bukti nyata bahwa kepemimpinannya bukan sekadar retorika. "Di desa kami, kami melihatnya langsung. Bukan janji, tetapi bukti," lanjut Ismoyo dengan sorot mata yang berbinar.
Dan bukan hanya Ismoyo yang merasakan hal ini. Markus, warga Desa Mokoditek, juga merasakan harapan serupa. Baginya, Sirajudin dan Aditya tidak hanya memberikan secercah cahaya di tengah kegelapan, tetapi sebuah arah yang jelas bagi Bolmut. “Kami sudah terlalu sering mendengar janji dari banyak orang, tetapi SJL-MAP datang dengan sesuatu yang berbeda. Mereka tidak hanya bicara, mereka bertindak,” ujar Markus.
Yang menarik dari sosok SJL-MAP bukan hanya kemampuan mereka untuk hadir secara fisik di tengah masyarakat, tetapi juga kehadiran mereka yang lebih mendalam—di hati dan benak rakyat. Theodora, seorang tokoh perempuan dari Desa Mokoditek, merasa bahwa Sirajudin dan Aditya membawa angin segar yang dibutuhkan untuk meneruskan pembangunan di Bolmut. “Mereka bukan pemimpin yang hanya muncul menjelang pemilu. Mereka selalu ada, di sini, bersama kami,” ucap Theodora dengan penuh keyakinan.
SJL-MAP memiliki kemampuan unik untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Mereka tidak hadir dalam bentuk spanduk besar atau slogan bombastis, melainkan melalui kehadiran yang nyata, dialog yang jujur, dan komitmen yang tulus. Di setiap desa yang mereka kunjungi, selalu ada pelukan hangat dan tepuk tangan meriah dari rakyat yang menyambut mereka, bukan karena janji, tetapi karena keyakinan bahwa mereka adalah pemimpin yang benar-benar peduli.
Kisah Ismoyo adalah refleksi dari banyak rakyat kecil di Bolmut yang menaruh harapan pada SJL-MAP. Dalam pengorbanannya, Ismoyo tidak hanya meninggalkan pekerjaannya untuk satu hari, tetapi juga menaruh seluruh harapannya pada sosok yang dia percaya dapat membawa perubahan. Di tengah suasana kampanye yang penuh janji manis, kepercayaan rakyat seperti Ismoyo tidak datang dengan mudah. Itu adalah hasil dari ketulusan dan tindakan nyata yang ditunjukkan oleh SJL-MAP.
Saat Bolmut bergerak maju menghadapi masa depan, rakyat seperti Ismoyo, Markus, dan Theodora menaruh seluruh asa mereka pada pasangan ini. Mereka berharap bahwa di bawah kepemimpinan SJL-MAP, Bolmut akan mendapatkan pemimpin yang lebih dari sekadar pemegang jabatan—pemimpin yang hadir, mendengarkan, dan bertindak dengan sepenuh hati untuk kesejahteraan rakyat.
Pengorbanan Ismoyo dan keyakinan rakyat adalah bukti bahwa Bolmut memiliki harapan. Dan di bawah SJL-MAP, harapan itu tidak akan sekadar menjadi angan, tetapi bisa menjadi kenyataan yang lebih baik untuk masa depan mereka.
Penulis: Ramdan Buhang
Posting Komentar untuk "Ismoyo dan SJL-MAP: Kisah Pengorbanan di Tengah Harapan untuk Masa Depan Bolmut"