BOLMUT – Ketua DPC PDI Perjuangan Bolmut, Drs. Amin Lasena, meluruskan klaim kekaderan Mahmud Tegila yang saat ini beredar di publik. Dengan tegas, Amin menyatakan bahwa Mahmud Tegila sama sekali bukan kader PDI-P dan menuduhnya hanya mencari keuntungan politik pribadi dengan cara yang memalukan.
“Pak Mahmud Tegila bukan kader PDI Perjuangan. Faktanya, beliau datang merengek-rengek meminta diakomodir oleh PDI Perjuangan setelah keluar dari PPP. Ini bukan perilaku seorang kader, ini lebih seperti seseorang yang panik karena kehilangan panggung,” kata Amin Lasena sambil mengungkap realita di balik usaha Mahmud Tegila untuk mendapatkan dukungan politik.
Mahmud Tegila, yang pada Pemilu 2014 sempat duduk di kursi DPRD sebagai anggota dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mengalami kejatuhan politik pada Pemilu 2019. Sebagai incumbent, perolehan suara yang dia dapat sangat kecil, hingga gagal total mempertahankan kursinya. Tak lagi punya pengaruh di PPP, Mahmud memilih keluar dan berusaha mencari rumah politik baru, berharap dapat berlindung di balik bendera PDI-P.
“Setelah tak terpilih lagi di 2019, Mahmud Tegila hengkang dari PPP. Ketika Pemilu 2024 semakin dekat, dia muncul di kantor PDI-P, berharap partai ini bisa menyelamatkannya. Tapi kami tidak sembarang mengangkat orang. Dia hanya diakomodir secara teknis sebagai calon, namun lagi-lagi, masyarakat berbicara dengan suaranya. Perolehan suaranya sangat sedikit, kalah telak di Dapil II,” jelas Amin mantan Wakil Bupati Bolmut ini, Senin (14/10/2024)
Kini, Mahmud Tegila yang tampaknya tidak puas dengan nasib politiknya beralih menjadi juru kampanye bagi pasangan Hamdan Datunsolang dan Moh. Abdul Rafik Pangau. Amin Lasena menyinggung hal ini sebagai bukti bahwa Mahmud tak lebih dari "kutu loncat" yang hanya peduli pada kepentingan pribadi, tanpa komitmen atau loyalitas politik yang jelas.
“Ini benar-benar memalukan. Dari PPP, mencoba PDI Perjuangan, dan sekarang menjadi juru kampanye bagi pasangan lain. Ini yang disebut kutu loncat—melompat-lompat tanpa prinsip, hanya demi ambisi pribadi. Kader PDI-P tidak bertindak seperti itu,” tutupnya dengan nada tajam.
Senada dengan itu, Sekretaris PDI Perjuangan Bolmut Abdul Zamad Lauma mengungkapkan bahwa PDI Perjuangan telah berbesar hati mengakomodir Mahmud Tegila sebagai calon anggota DPRD meski ia hengkang dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun, sayangnya, dukungan publik tetap tidak berpihak kepada Tegila.
"Setelah Pak Mahmud Tegila kehilangan keanggotaannya di PPP, kami di PDI Perjuangan dengan besar hati mengakomodir beliau sebagai caleg. Kami menghormati beliau yang tidak lagi diusung oleh partainya. Dari 40 calon yang mendaftar, beliau mendapat penghargaan dengan rekomendasi dari partai dan ditempatkan pada nomor urut 8," ujar Anggota DPRD Bolmut ini.
Namun, kebaikan hati PDI-P ini tidak diikuti oleh dukungan masyarakat. Tegila, yang sebelumnya pernah duduk di DPRD sebagai anggota PPP pada periode 2014, lagi-lagi gagal memenangkan hati rakyat pada Pemilu 2024. Menurut Abdul Zamad, ini menunjukkan bahwa masalah utamanya bukanlah dukungan partai, melainkan bagaimana Mahmud Tegila dilihat oleh masyarakat.
"Sayangnya, dalam kontestasi politik, beliau tidak berhasil mendapatkan tempat di hati masyarakat. Ini bukan hanya soal partai yang mengusung, tetapi lebih pada bagaimana seorang calon dilihat oleh konstituen. Kami sudah berusaha, namun pada akhirnya, masyarakat yang menentukan," lanjut Abdul Zamad.
PDI Perjuangan Bolmut menegaskan bahwa Mahmud Tegila tidak pernah menjadi bagian resmi dari partai tersebut. Kegagalan dua kali berturut-turutnya dalam Pemilu hanya mempertegas posisi politiknya yang semakin lemah. Bagi Mahmud, ini mungkin saatnya untuk merenungkan kembali langkah-langkah politik yang diambilnya sejauh ini—dan bertanya-tanya, apakah langkah berikutnya hanya akan membawa malu lebih dalam?
Penulis: Ramdan Buhang
Posting Komentar untuk "PDI-P Bantah Kekaderan Mahmud Tegila: "Bukan Kader, Hanya Datang Merengek!"