BOYOLALI, BINADOW.ID - Para peternak sapi di Boyolali, Jawa Tengah, menggelar aksi protes dengan cara unik pada Sabtu (9/11/2024). Dalam aksi yang disebut "mandi susu," mereka berkumpul di Tugu Susu Tumpah sebagai simbol kekecewaan. Tindakan ini merupakan protes atas kebijakan pembatasan kuota susu lokal yang diterima oleh industri pengolahan susu (IPS), yang menyebabkan banyak susu dari peternak tak terserap.
Para peternak bahkan sampai membuang sekitar 50.000 liter atau 50 ton susu di TPA Winong, Boyolali. Koordinator aksi, Sriyono Bonggol, mengungkapkan keresahan peternak lokal yang merasa tak diuntungkan dengan kebijakan industri susu saat ini. “Kami mewakili peternak yang jumlahnya puluhan ribu di Boyolali yang kini menjerit akibat kebijakan industri yang membatasi kuota susu lokal,” ujarnya.
Aksi protes ini menggema hingga ke Pasuruan, Jawa Timur, di mana peternak membuang 500.000 liter susu segar akibat ketidakmampuan bersaing dengan produk impor. Narasi "pabrik pengolah lebih pilih impor" ramai di media sosial, menjadi cermin persoalan industri susu di Indonesia.
Menyikapi hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar audiensi pada Senin (11/11/2024) di Jakarta Selatan, dihadiri peternak, pengepul, serta perwakilan industri pengolahan susu. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berjanji akan segera merevisi regulasi, mewajibkan IPS menyerap susu dari peternak lokal. "Seluruh industri wajib menyerap susu peternak. Kami sudah tanda tangani surat dan mengirimkannya ke dinas peternakan daerah," ungkapnya.
Tak hanya itu, lima perusahaan yang sebelumnya mengimpor susu kini ditahan izin impornya untuk memastikan mereka menyerap produksi susu lokal. "Kami tahan impornya sampai situasi kondusif. Kalau masih ada yang coba-coba, izinnya dicabut," tegas Amran. Dukungan penuh juga datang dari Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, yang menekankan pentingnya swasembada pangan sebagai komitmen pemerintah.
Sementara itu, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menyoroti kecenderungan IPS yang lebih memilih susu impor berbentuk bubuk karena dianggap lebih murah. “IPS memilih impor bubuk atau skim yang harganya lebih rendah daripada harga susu segar dari peternak lokal,” kata Budi Arie.
Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor susu Indonesia pada Agustus 2024 sebesar 94,49 juta dolar AS, meningkat dari bulan sebelumnya. Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono menyatakan, bea masuk 0 persen menyebabkan susu impor membanjiri pasar, mempersulit peternak lokal untuk bersaing. Ferry menambahkan bahwa pemerintah seharusnya memberlakukan hambatan impor untuk melindungi peternak dalam negeri.
Kementerian Koperasi juga mendorong agar koperasi-koperasi susu mendirikan industri pengolahan sendiri. “Kami ingin koperasi susu Indonesia punya pabrik sendiri, memproses dan menjual dengan merek seperti ‘Susu Merah Putih’ atau ‘Susu Kita’,” kata Menkop Budi Arie. Dengan memiliki IPS sendiri, diharapkan koperasi mampu meningkatkan nilai tambah dan memastikan keberlanjutan usaha peternakan sapi perah di Indonesia.
Penulis: Ramdan Buhang
Posting Komentar untuk "Tolak Dominasi Susu Impor, Peternak Boyolali Buang Ribuan Liter Susu"