Seakan Derita Tak Berujung, Perjuangan Ibu Ayu Kini Dihujani Fitnah

Penulis: Ramdan Buhang, SP

Bayangkan seorang ibu yang telah 14 tahun mencurahkan hidupnya untuk mendidik generasi penerus bangsa, kini harus merasakan pedihnya dijatuhkan oleh isu keji dan menyakitkan. Begitulah nasib Ibu Ayu Ngadi, salah satu guru bantu di SDN 1 Bintauna. Setelah didera "pengusiran" yang tidak manusiawi, kini ia harus menanggung beban baru: menjadi sasaran fitnah yang memojokkan. Tuduhan seperti "Makang Puji" dan "pandang enteng" dengan mudah dilemparkan, seolah-olah dunia ini kejam tanpa peduli kebenaran.

Motif di balik fitnah ini masih menjadi tanda tanya, tetapi satu hal jelas: ada kekuatan gelap yang ingin mencemarkan namanya, membuat citra buruk agar DPRD memandangnya dengan jijik. Tak hanya sekali atau dua kali, kampanye negatif ini terus bergulir, mencabik-cabik martabatnya tanpa ampun.

Apa salah Ibu Ayu? Apakah karena ia berani berdiri di atas kebenaran? Haruskah harga kejujuran dibayar dengan kehancuran reputasi?

Fitnah ini bukan lagi sekadar bisikan. Komentar-komentar bernada miring telah bermunculan di unggahan berita Binadow.com yang mengangkat kasus pengusiran Ibu Ayu. Bahkan, gosip murahan ini telah merasuki meja-meja diskusi di warung kopi dan lorong-lorong perkantoran Pemkab Bolmut.

Lebih mengejutkan lagi, setidaknya dua pejabat terang-terangan melontarkan tuduhan yang sama di hadapan saya. Apakah mereka telah terhasut? Ataukah ini bagian dari strategi lebih besar untuk membungkam kebenaran?.

Fitnah semacam ini tak hanya menyerang karakter Ibu Ayu. Ini adalah penghinaan terhadap integritas seorang guru, sosok yang seharusnya dihormati karena dedikasi dan perjuangannya. Bukannya diberi dukungan, Ibu Ayu justru menjadi target serangan demi serangan, seolah keberanian menyuarakan kebenaran adalah dosa besar.

Apa yang terjadi pada Ibu Ayu adalah cerminan dari lemahnya moral kita sebagai masyarakat. Saat seorang guru yang hanya ingin memberikan yang terbaik untuk siswanya justru dihantam oleh tuduhan keji, ini adalah tanda bahwa kita telah melupakan nilai keadilan.

Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menyaksikan seorang guru yang berdiri untuk keadilan, malah dihancurkan dengan tuduhan yang tidak masuk akal. Serangan karakter ini adalah pengkhianatan terhadap prinsip dasar kemanusiaan. Keberanian Ibu Ayu harusnya dihargai, bukan dimatikan oleh bisikan-bisikan penuh dengki.

Hearing DPRD yang akan datang adalah kesempatan emas untuk mengembalikan kehormatan Ibu Ayu. Masyarakat Bolmut, jangan diam. Jangan biarkan fitnah ini menjadi kebenaran palsu yang menghancurkan jiwa seseorang yang telah berkorban demi pendidikan. Mari kita berdiri bersama, agar keadilan tidak lagi menjadi kata kosong tanpa makna.***


Posting Komentar untuk "Seakan Derita Tak Berujung, Perjuangan Ibu Ayu Kini Dihujani Fitnah"