Refleksi 18 Tahun Bolmut: Mengabadikan Ingatan, Menjaga Peradaban

News318 Dilihat

Oleh: Donal Lamunte, S.Pd.I

“Untuk menghancurkan sebuah bangsa dan negara, cukup hapus ingatan sejarah bangsanya dari generasi muda.”

Kalimat itu bukan sekadar retorika kosong. Di tengah derasnya arus digital dan budaya populer yang serba instan, kekhawatiran terhadap pudarnya kesadaran sejarah di kalangan generasi muda semakin nyata. Kita menyaksikan bagaimana warisan sejarah dan nilai-nilai budaya kian terpinggirkan. Anak-anak muda banyak yang tak mengenal tokoh-tokoh penting dalam sejarah nasional, apalagi sejarah lokal. Mereka jarang mengunjungi situs-situs bersejarah, bahkan tak mampu mengaitkan jati dirinya dengan perjuangan masa lalu.

Fenomena ini bukan terjadi begitu saja. Pendidikan sejarah di sekolah sering disampaikan secara kaku, tak menarik, dan jauh dari konteks kekinian. Media sosial dan konten digital yang menghibur, perlahan-lahan mengambil alih ruang refleksi sejarah. Akibatnya, ingatan kolektif perlahan memudar. Kita kehilangan arah.

Berangkat dari kegelisahan itu, dalam momentum Hari Ulang Tahun Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ke-18, saya ingin mengusulkan satu gagasan konkret dan mendesak: pendirian Museum Mini Sejarah Pemekaran Daerah.

Mengabadikan Jejak Perjuangan

Pemekaran wilayah bukan sekadar peristiwa administratif. Ia adalah hasil dari pergolakan panjang, aspirasi rakyat, dan kerja keras tokoh-tokoh lokal yang memperjuangkan pemerataan pembangunan dan keadilan sosial. Namun, sejarah itu nyaris tak terdokumentasi dengan layak. Banyak cerita heroik yang hanya hidup dalam ingatan segelintir orang. Jika dibiarkan, sejarah itu akan hilang bersama waktu.

Museum mini bisa menjadi ruang kolektif untuk mengabadikan jejak itu. Ia bukan hanya tempat menyimpan benda bersejarah, tapi juga ruang belajar, ruang inspirasi, dan ruang refleksi. Di sinilah generasi muda bisa menyentuh narasi pemekaran secara langsung—melalui arsip, foto, testimoni, hingga konten digital yang interaktif.

Baca Juga  Evaluasi Kabupaten Sehat, Oskar Manoppo Tekankan Sinergi Antar-Instansi

Museum ini juga berpotensi menjadi destinasi wisata edukatif. Bukan hanya pelajar lokal, tetapi juga masyarakat luar bisa mengenal lebih dekat sejarah berdirinya Bolmut. Sejarah yang selama ini sunyi, bisa menjadi energi baru untuk membangun kebanggaan dan identitas daerah.

Investasi Peradaban

Pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat—eksekutif, legislatif, tokoh sejarah, komunitas, dan generasi muda—perlu melihat gagasan ini sebagai investasi jangka panjang. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Dan sejarah pemekaran adalah sejarah rakyat.

Museum mini pemekaran bukan hanya wadah penyimpanan benda bersejarah. Ia adalah ruang hidup yang menawarkan berbagai manfaat konkret bagi daerah. Pertama, museum ini akan menjadi pusat pelestarian sejarah lokal. Arsip, foto, dokumen, dan artefak perjuangan yang selama ini tercecer atau hanya tersimpan dalam memori individu bisa dihimpun dan dijaga secara sistematis. Kita sedang berbicara tentang upaya menyelamatkan ingatan kolektif dari kepunahan.

Lebih dari itu, museum ini akan berperan sebagai sarana edukatif bagi generasi muda. Ia bisa menjadi bahan ajar sejarah lokal yang relevan dan menyentuh, membumikan nilai-nilai perjuangan lewat pendekatan visual dan interaktif. Siswa dan mahasiswa akan memiliki akses langsung pada sumber sejarah yang otentik—bukan hanya dari buku teks, tapi dari ruang yang hidup dan bisa disentuh.

Museum juga menjadi bentuk penghargaan terhadap para tokoh pejuang pemekaran yang selama ini tak banyak dikenal, apalagi diapresiasi secara resmi. Nama-nama mereka tak boleh hilang begitu saja, karena dari mereka lahir kabupaten ini. Dengan demikian, museum bukan hanya mengenang, tapi juga memberi tempat terhormat bagi para pendahulu.

Kehadiran museum ini akan memperkuat rasa cinta terhadap daerah. Masyarakat, khususnya generasi muda, akan menyadari bahwa berdirinya Bolmut bukan hasil pemberian, melainkan buah dari perjuangan. Kesadaran ini penting untuk menumbuhkan tanggung jawab dan kebanggaan terhadap tanah kelahiran.

Baca Juga  Donal Lamunte Buka Peran DPRD di Forum Mahasiswa Bolmut

Selain itu, museum mini juga memiliki potensi sebagai destinasi wisata edukatif. Saat momen peringatan pemekaran atau hari-hari besar lainnya, museum bisa menjadi magnet kunjungan, baik bagi warga lokal maupun tamu dari luar daerah. Ini bisa berdampak pada geliat ekonomi dan promosi daerah.

Museum juga akan menjadi sumber dokumentasi resmi yang valid. Peneliti, jurnalis, pelajar, hingga pemerintah bisa mengakses data yang terorganisir dengan baik untuk kepentingan akademik, laporan, atau publikasi. Dan lebih jauh lagi, museum bisa difungsikan sebagai ruang sosial-budaya: tempat diskusi sejarah, peluncuran buku, pemutaran film dokumenter, hingga forum lintas generasi.

Strategi Perencanaan dan Pengelolaan

Beberapa poin penting untuk menjadikan museum ini efektif:

  • Lokasi Strategis: Di sekitar kantor bupati, taman kota, atau tempat bersejarah dalam perjuangan pemekaran.
  • Zona Tematik:
    • Kronologi pemekaran (infografis & timeline)
    • Tokoh-tokoh pejuang (biografi & kutipan)
    • Dokumentasi (arsip, berita lama, video)
    • Artefak (benda bersejarah, spanduk demo)
    • Zona edukasi & multimedia interaktif
    • Zona refleksi: dinding harapan generasi muda
  • Fitur Inovatif: QR code untuk cerita digital, galeri foto, pojok tokoh lokal bergilir, tur sejarah oleh pelajar.
  • Pengelolaan: Dinas Pariwisata atau Kebudayaan dengan melibatkan komunitas lokal.
  • Pendanaan: APBD, CSR, atau hibah kebudayaan.
  • Strategi Promosi: Kunjungan pelajar, event bulanan, kampanye digital, festival sejarah.

Menjaga Ingatan, Merawat Masa Depan

Gagasan museum mini ini bukan sekadar proyek fisik. Ia adalah cara kita menghormati jejak perjuangan, menghidupkan kembali semangat kolektif, dan menanamkan jati diri daerah ke dalam benak generasi penerus. Tanpa sejarah, kita kehilangan pijakan. Tanpa ingatan, kita kehilangan arah.

Selamat memperingati HUT ke-18 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Mari jadikan momen ini sebagai refleksi, sekaligus tekad bersama untuk tidak melupakan dari mana kita berasal.

Baca Juga  Evaluasi Kabupaten Sehat, Oskar Manoppo Tekankan Sinergi Antar-Instansi

 

Tentang Penulis

Donal Lamunte, S.Pd.I, lebih dikenal dengan sapaan Onal, adalah Pria kelahiran Desa Ollot Bolangitang Barat, 37  tahun lalu. Ia saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dari Partai Kebangkitan Bangsa. Donal menempuh pendidikan tinggi di IAIN Sultan Amai Gorontalo, di mana ia aktif dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Selain itu, Donal juga merupakan pemrakarsa pendirian Forum Komunikasi Mahasiswa Mania (FOKMMA) dan telah dipercaya memimpin Ansor Bolmut selama dua periode. Kiprah Donal dalam dunia politik dan organisasi mahasiswa menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan daerah dan pembinaan generasi muda.

Komentar