Dari Akademisi hingga Aktivis, Amin Lasena Kembali Menata Barisan Banteng Boltara

News7287 Dilihat

BOROKO, BINADOW.COM — PDI Perjuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memasuki babak baru kepengurusan. Melalui hasil Konferensi Cabang yang di gelar di Tondano 23 Desember 2025, Amin Lasena kembali dipercaya menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Boltara untuk masa bakti 2025–2030.

Kembalinya Amin Lasena ke kursi ketua menandai upaya konsolidasi organisasi di tengah dinamika politik lokal yang kian kompleks. Struktur kepengurusan kali ini disusun dengan komposisi 21 orang, disertai pemenuhan kuota perempuan sebanyak tujuh kader—sebuah penegasan atas komitmen partai terhadap keterwakilan gender.

Kursi ketua itu bukan ruang yang asing baginya. Ia pernah mendudukinya, melepasnya, lalu kembali dipercaya. Setelah melalui proses organisasi, Amin Lasena kembali menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Bagi sebagian kader, keputusan ini terasa seperti pulang ke rumah lama—tenang, namun penuh ingatan.

Mandat tersebut lahir melalui Konferensi Cabang (Konfercab) PDI Perjuangan Boltara yang digelar belum lama ini. Forum tertinggi partai di tingkat kabupaten itu kembali mempercayakan Amin Lasena memimpin konsolidasi organisasi banteng moncong putih di wilayah paling utara Sulawesi Utara.

Kembalinya Amin Lasena bukan sekadar perputaran regenerasi. Ia lebih mencerminkan kebutuhan organisasi. Di tengah dinamika politik lokal, tantangan elektoral ke depan, serta tuntutan konsolidasi internal, partai membutuhkan figur yang tak hanya memahami struktur, tetapi juga menguasai sejarah, karakter wilayah, dan watak kader.

Amin Lasena bukan nama baru dalam tubuh PDI Perjuangan Boltara. Pada masa kepemimpinan sebelumnya, ia berhasil mendongkrak perolehan kursi DPRD Boltara. Dari semula dua kursi, naik menjadi empat, dan kini lima kursi di DPRD Boltara. Berkat konsistensi kerja organisasi, PDI Perjuangan juga berhasil menempatkan kadernya di kursi Ketua DPRD selama dua periode berturut-turut.

Di ranah eksekutif, Amin Lasena sempat mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati mendampingi Drs. Hi. Depri Pontoh. Pasangan ini melenggang mulus, dan Amin menjalani tugas sebagai Wakil Bupati Boltara selama satu periode. Pada pilkada berikutnya, ia memilih tidak kembali maju. Tiket pencalonan diserahkan kepada adik kandungnya, Sirajudin Lasena, yang kemudian terpilih sebagai Bupati Boltara periode 2025–2030.

Kepemimpinan Amin Lasena kali ini hadir dalam konteks berbeda. PDI Perjuangan di Boltara bukan lagi partai pinggiran. Basis dukungan relatif stabil, kaderisasi berjalan, dan struktur organisasi hingga tingkat bawah terbentuk cukup rapi. Tantangan partai pun bergeser—bukan lagi soal bertahan, melainkan menjaga disiplin organisasi dan arah ideologis di tengah pragmatisme politik yang kian menguat.

Konferensi Cabang serentak yang digelar di Tondano itu, menjadi penanda resmi kepengurusan baru. Dalam forum itu, Amin Lasena menerima mandat dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk kembali memimpin DPC PDI Perjuangan Boltara.

Dalam struktur inti, Amin Lasena didampingi Safrizal Walahe sebagai Sekretaris dan Abdul Mulo Daeng Mulisa sebagai Bendahara. Posisi Wakil Bendahara dipercayakan kepada Samsia Mokodompit. Di tingkat sekretariat, dua Wasekbid mengisi bidang Internal dan Program, masing-masing Saifuddin Rahman dan Ocin Iggrisa.

Pada Bidang Internal, partai menempatkan kader-kader senior PDI Perjuanga di Boltara seperti Frangky Chendra membidangi Kehormatan Partai, Charles Sumaily menangani Pemenangan Pemilu Legislatif dan Eksekutif, Nani Riswani Topayu pada Ideologi dan Kaderisasi, serta Abdul Zamad Lauma pada Keanggotaan, Organisasi, dan Sumber Daya.

Bidang Pemerintahan diisi sosok dengan latar organisasi yang kuat, seperti Ramdan Buhang pada Politik dan Reformasi Sistem Hukum Nasional, Syamsudin Olli pada Pemerintahan, Otonomi Daerah, Kebijakan Publik, dan Reformasi Birokrasi, serta Theodora Katuhu pada Perekonomian, Kebudayaan, dan Pendidikan.

Sementara di Bidang Kerakyatan, Dewi Zandra Astuti Mondo membidangi Penanggulangan Bencana, Kesehatan, Perempuan dan Anak. Petrus Runtuwene menangani Industri, Perdagangan, BUMN, Investasi, Koperasi dan UMKM. Erna Gaib mengisi Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial, Arsyad Rahman pada Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, serta Arman Lumoto pada Keagamaan dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Bidang-bidang strategis lain juga diperkuat. Fitri Pangaila dipercaya membidangi Ekonomi Kreatif dan Ekonomi Digital. Meidi Pontoh menangani Pertanian, Pangan, Kehutanan, Lingkungan Hidup, Kelautan dan Perikanan. Sementara Fadli Binolombangan mengisi Bidang Hukum dan Advokasi. Total kepengurusan berjumlah 21 orang, dengan keterwakilan perempuan sebanyak tujuh kader.

Sejumlah kader menilai keputusan kembali mempercayakan Amin Lasena sebagai langkah realistis. Partai, menurut mereka, membutuhkan figur yang mampu merawat keseimbangan antara kader senior dan generasi muda, tanpa menimbulkan gesekan yang tak perlu.

Amin Lasena sendiri menekankan pentingnya soliditas. Ia menilai kekuatan PDI Perjuangan tidak terletak pada figur tunggal, melainkan pada kerja kolektif yang disiplin dan berkesinambungan. Konsolidasi struktural, penguatan ideologi, serta pembinaan kader menjadi fokus utama dalam kepemimpinannya ke depan.

“Partai ini besar karena kerja bersama. Tugas ketua memastikan seluruh mesin bergerak seirama,” ujar Amin Lasena kepada media ini.

Di tingkat daerah, PDI Perjuangan Boltara menghadapi tantangan yang tidak ringan. Dinamika politik lokal, persaingan antarpartai, serta ekspektasi publik terhadap kader yang duduk di lembaga legislatif menuntut partai bekerja lebih rapi dan terukur.

Kembalinya Amin Lasena juga dibaca sebagai sinyal stabilitas. Di saat sejumlah partai terjebak konflik internal pasca-pemilu, PDI Perjuangan Boltara memilih jalur konsolidasi dengan mengedepankan figur yang telah teruji.

Dalam politik lokal, tidak semua keputusan memerlukan sensasi. Sebagian cukup lahir dari kebutuhan. Dan kembalinya Amin Lasena ke kursi Ketua DPC PDI Perjuangan Boltara berada di titik itu. [SAR]

Komentar